Sendawar, wartakubar.id – Upaya menekan timbunan sampah dari sektor usaha, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Barat melaksanakan Sosialisasi Pengelolaan dan Pembatasan Sampah pada Sektor HOREKA (Hotel, Restoran, dan Kafe) yang digelar di Cafe Lain Hati, Simpang Raya, Kecamatan Barong Tongkok, Jumat (16/10/2025).
Kepala Bidang PSLB3 PK Dinas Lingkungan Hidup Kutai Barat, Josua Silaban, menjelaskan sosialisasi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan DLH dalam mendukung pengurangan sampah, sekaligus bagian dari aktualisasi latihan dasar bagi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang sedang mengikuti program pelatihan.
“Sejak tanggal 14 Oktober, kami telah melaksanakan kegiatan serupa bersama pelaku usaha HOREKA. Sosialisasi ini akan terus berlanjut untuk mengubah pola hidup kita dalam penggunaan barang atau plastik sekali pakai, agar tidak semuanya berakhir menjadi sampah,” jelasnya.
Josua menambahkan bahwa sektor HOREKA menjadi salah satu sasaran karena kontribusinya cukup besar terhadap timbulan sampah harian, terutama dari kemasan makanan dan minuman.
Meski begitu, DLH juga melaksanakan kegiatan serupa di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melalui gerakan Bank Sampah Unit OPD untuk menumbuhkan kesadaran dari lingkungan pemerintahan sendiri.
“Kita berharap ASN bisa menjadi pelopor gerakan kerja nyata pengelolaan sampah di lingkup OPD, sehingga perubahan bisa dimulai dari instansi pemerintah,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Josua Silaban juga menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam mengurangi sampah berasal dari kesadaran masyarakat yang masih rendah.
“Tantangan terbesarnya adalah kesadaran kita sebagai produsen sampah yang belum mau berubah dalam pola hidup. Masih banyak yang terbiasa menggunakan barang sekali pakai tanpa berpikir dampaknya bagi lingkungan,” ungkapnya.
Sementara itu masih di tempat yang sama, Ruthbella dari Dinas Lingkungan Hidup yang juga menjadi narasumber seminar menjelaskan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Belaw kini mulai diarahkan menjadi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Langkah ini dilakukan agar sampah tidak hanya ditimbun, tetapi dapat diolah dan dimanfaatkan kembali.
Ia memaparkan, penumpukan sampah di TPA disebabkan oleh beberapa faktor seperti meningkatnya volume sampah rumah tangga, kurangnya pemilahan sampah dari sumber, serta minimnya fasilitas pengolahan di tingkat masyarakat.
“Masih banyak masyarakat yang belum memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah atau tempat usaha. Akibatnya, semua jenis sampah bercampur dan langsung dikirim ke TPA tanpa pengolahan,” jelasnya.
Ruthbella juga menekankan pentingnya membatasi penggunaan kemasan sekali pakai, mengganti dengan bahan ramah lingkungan, melakukan pemilahan sampah sejak sumbernya, serta melaporkan upaya pengurangan sampah ke DLH sebagai bentuk dukungan nyata terhadap kebijakan pengelolaan sampah berkelanjutan.
DLH Kutai Barat berkomitmen melanjutkan kegiatan serupa di berbagai sektor untuk memperkuat kesadaran masyarakat dan dunia usaha terhadap pentingnya pengelolaan sampah. Melalui sosialisasi ini, diharapkan sektor HOREKA dapat menjadi contoh penerapan reduce, reuse, dan recycle di tingkat lokal.
“Kami ingin semua pihak, baik pelaku usaha maupun masyarakat umum, ikut ambil bagian dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan. Sampah adalah tanggung jawab bersama,” tutup Josua Silaban.
Kegiatan ini diikuti oleh pelaku usaha lokal dan perwakilan instansi, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai serta mendorong penerapan sistem pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan.
(WK-Adv)