Sendawar, wartakubar.id – Presidium Dewan Adat Kutai Barat (PDA Kubar), Kalimantan Timur (Kaltim) memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya Musyawarah Kabupaten (Muskab) Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kutai Barat untuk memilih kepengurusan yang baru.
Ketua PDA Kubar, Yurang menilai pencak silat merupakan warisan budaya bangsa indonesia yang mencakup seni, olahraga, dan spiritualitas dalam mengembangkan bakat pemuda pemudi masyarakat Kutai Barat.
“Saya sampaikan terima kasih, karena saya melihat bahwa pencak silat itu adalah budaya. Di dalamnya juga ada spiritual. Jadi harapan saya, seluruh perguruan yang terdiri kurang lebih ada 9 perguruan yang dinakhodai Bapak Doltianus bisa bersatu dan saling mendukung,” ujar Yurang, usai kegiatan Muskab IPSI Kutai Barat pada Sabtu (11/10/2025).
Ia menegaskan, dukungan kepada ketua terpilih Doltianus adalah bentuk komitmen bersama untuk membangun organisasi yang solid dan terbuka.
“Kebetulan juga Bapak Doltianus ini juga kampung dengan saya, tapi bukan berarti saya harus mendukung karena kedekatan. Karena beliau sudah terpilih, maka harus kita dukung bersama. Saya berharap beliau bisa transparan dalam kepemimpinannya dan bisa merangkul seluruh perguruan silat yang ada,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yurang menyampaikan keinginannya agar IPSI Kutai Barat ke depan dapat menjalin kerja sama dengan Presidium Dewan Adat dalam kegiatan sosial, budaya, dan pengamanan masyarakat adat di kutai barat
“Kita bisa berkolaborasi, bisa menjadi mitra Presidium kedepannya. Karena saya yakin pencak silat ini bukan hanya ajang bela diri, tapi bisa jadi bagian dari pelestarian nilai-nilai adat dan budaya masyarakat,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Yurang juga menuturkan sejarah berdirinya Presidium Dewan Adat Kutai Barat yang telah ada sejak Juli tahun 2000, seiring berdirinya Kabupaten Kutai Barat.
Pada masa awal, lembaga ini dipimpin oleh tokoh-tokoh adat seperti F Munti, Yustinus Dullah Setelah sempat vakum beberapa tahun karena dinamika pemerintahan daerah, pada tahun 2016 lembaga ini kembali diaktifkan atas penunjukan Bupati Kutai Barat pada tahun 2025, dan Yurang sebagai ketua.
“Presidium Dewan Adat ini bukan hanya mengakomodir masyarakat Dayak Tunjung – Benuaq, tapi semua seluruh etnis dan suku yang ada di Kutai Barat. Prinsip kami bukan memaksakan adat tertentu, melainkan menghargai semua adat dan budaya yang hidup dan ingin berkembang di daerah ini,” tegas Yurang.
Menurutnya, inilah yang membedakan Presidium Dewan Adat dari lembaga adat lainnya. Jika lembaga adat biasanya berfokus pada satu dua komunitas, Presidium berfungsi sebagai wadah besar yang menaungi seluruh etnis.
“Kalau kita di Presidium, itu semua suku tergabung. Di dalamnya ada Melayu, yang ada didalamnya ada Jawa, Bugis, Batak, Toraja, NTT, dan banyak lagi suku lainnya. Semua dihormati dan dilibatkan,” imbuhnya.
Menjelang pengukuhan resmi Presidium Dewan Adat Kutai Barat yang dijadwalkan pada 29 Oktober mendatang, Yurang memastikan seluruh kepala suku, tokoh adat, dan perwakilan etnis akan diikutsertakan. Dalam acara tersebut juga akan diperkenalkan Pasukan Adat “Rayukng Manaaq”, yang dibentuk untuk membantu pengamanan kegiatan adat dan sosial di wilayah Kutai Barat.
“Saya ingin pasukan adat ini nantinya bisa berkolaborasi dengan seluruh perguruan pencak silat yang ada di Kutai Barat. Kita akan bagi tugas sesuai jumlah perguruan untuk menjaga keamanan kegiatan adat,” terangnya.
Yurang juga menyampaikan harapannya agar pihak swasta turut berperan dalam mendukung pembiayaan kegiatan adat dan pelatihan perguruan silat di daerah ini.
“Kita akan memohon bantuan dari perusahaan yang ada di darat maupun di air seperti perusahaan angkutan air dan lainnya agar ikut membantu pembiayaan teman-teman di perguruan silat. Jadi semua bisa berjalan bersama,” tandasnya.
(WK-Adv)